Jumat, 03 April 2020

Keutamaan Shalat Idul Fitri

Shalat idul fitri tentunya dengan hukum sebagaimana yang telah dijelaskan di awal dan memiliki tata cara tersebut, maka memiliki berbagai keutamaan yang bisa menjadi hikmah dan makna yang bisa kita ambil. Hikmah ini akan sejalan dengan rukun islam, rukun iman, dan fungsi agama.
  1. Mengagungkan Asma Allah
Dengan melaksanakan shalat idul fitri kita pasti akan mengucapkan asma Allah berkali-kali terutama kalimat takbiratul ikhram, atau Memaha Besarkan Allah. Dengan begitu kita akan mendapatkan pahala dari mengagungkan dan mengucapkan atau berdzikir atas nama Allah. Tentunya bagi kita yang jarang untuk berdzikir dan mengucapkan nama Allah ini adalah kesempatan besar untuk kita kembali mengingat Allah di hari Raya Besar Umat Islam ini.
baca juga:
  1. Shalat Berjamaah
Shalat idul fitri sudah pasti dilaksanakan secara berjamaah. Untuk itu, dari pelaksanaan shalat berjamaah ini akan membuat kita mendapatkan pahala shalat berjamaah yang besar dari Allah SWT. Inilah kesempatan besar umat islam untuk merapatkan barisan dan mendapatkan kebersamaan lewat shalat berjamaah.
Di saat shalat berjamaah tentunya kita tidak akan memandang bulu, suku, jabatan, rupa, dan hal-hal lainnya. Selagi mereka bersujud kepada Allah dan membesarkan Allah, melaksanakan shalat maka ia adalah saudara semuslim yang harus kita jaga.
baca juga:
  1. Silahturahmi Sesama Muslim
Dengan shalat idul fitri, kita juga mendapatkan kesempatan untuk silahturahmi sesama muslim. Mungkin di bulan-bulan atau kesempatan lainnya kita akan jarang untuk bersilahuturahmi. Saat idul fitri ini menjadi kesempatan bagi kita bertemu dan bermaaf maafan dengan kerabat terdekat kita atau tetangga.
Saat idul fitri inilah semua orang islam keluar dari rumahnya dan semuanya menyempatkan untuk bisa ikut shalat berjamaah idul fitri di masjid atau lapangan lingkungan sekitarnya. Untuk itu, inilah keutamaan shalat idul fitri, dimana Allah tidak hanya memasukkan unsur ketauhidan atau hubungan manusia dengan Allah saja, namun juga memiliki dampak terhadap hubungan manusia dan manusia.
baca juga:
  1. Merayakan Bersama Kemenangan Umat Islam
Dengan melaksanakan shalat idul fitri kita juga bisa merayakan hari kemenangan bersama dengan para umat islam lainnya. Kita bisa merasakan kebersamaan dan kebahagiaan dari apa yang dilakukan setelah shalat idul fitri. Tentunya kebersamaan dan merasakan kebahagiaan bersama adalah hal yang mahal dan tidak tertandingi oleh apapun.
  1. Menunjukkan Ukhuwah Islamiah dan Kekuataan Umat Islam
Karena hukumnya yang sunnah muakad atau fardhu kifayah, maka shalat idul fitri ini membuat orang-orang islam akan terdorong untuk melaksanakannnya. Pengertian Ukhuwah Islamiyah, Insaniyah dan Wathaniyah tentunya sangat penting untuk dipahami dan dilakukan oleh umat islam. Untuk itu, dengan berkumpulknya umat islam bersama maka akan berefek kepada ukhuwah islamiah yang terbentuk. Hal ini juga akan sekaligus menunjukkan bahwa umat islam adalah umat yang besar dan padu. Hendaknya juga menjadi motivasi bagi para umat islam agar saling membantu dalam kebaikan dan juga memberikan dorongan agar memajukan islam bersama.

Pelaksanaan Shalat Idul Fitri

Karena shalat idul fitri tidak sama dengan shalat wajib lainnya, maka ada hal yang berbeda dengan pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan saat ini adalah hari raya besar umat islam dan juga sebagai perayaan hari kemenangan bagi umat islam sedunia.
  1. Jumlah Rakaat Idul Fitri
Jumlah raka’at dalam shalat idul fitri ini adalah dua rakaat. Hal ini sebagaimana riwayat dari Umar Radiyaulahuanhu. Pelaksanaannya dilakukan secara sempurna tanpa qashar.
baca juga:
  1. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan shalat idul fitri adalah saat matahari seukuran satu rombak hingga tergelincir. Selain itu hal ini juga merupakan ijma dari ulama dan pertimbangan dari hadist-hadist yang ada. Syaikh Abu Bakar Al Jazairi mengatakan bahwa Rasulullah mengawalkan shalat idul adha sedangkan shalat idul fitri adalah diakhirkan.
  1. Pelaksanaan Khotbah Idul Fitri Setelah Shalat
Setelah pelaksanaan shalat idul fitri, maka dilakukan pemberian khutbah dari khatib. Dari Ibnu Abbas RA bahwa beliau melakukan shalat id bersama Rasulullah bersama dengan juga para Sahabat yaitu Umar, Abu Bakar, dan Ustman. Pelsakanaan shalat ied mereka adalah dilakukan sebelum khotbah berlangsung.
Selain hal tersebut dapat dipahami juga tentang idul fitri mengenai Hukum Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, Tata Cara Shalat Idul Fitri, dan Shalat Idul Fitri
Demikian penjelasan singkat terkait apa saja keutamaan shalat idul fitri yang sangat luar biasa. Oleh karena itu, bagi mereka yang melaksanakan shalat idul fitri pada saat hari pertama syawal akan mendapatkan pahala yang luar biasa dari Allah SWT dan berguna sebagai penolong di akhirat nanti. Aamiin

Pengertian Jurnalistik

Definisi jurnalistik yaitu sebuah proses atau ilmu dalam pengumpulan, penulisan, penyuntingan dan publikasi berita. Jurnalistik disebut juga dengan kewartawanan.
Jurnalistik berasal dari kata Journal yang artinya catatan harian atau catatan tentang peristiwa sehari-hari, atau dimaknai juga dengan surat kabar.
Kata Journal bersumber dari bahasa Latin yakni “Diurnalis” yang artinya orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik. Menjadikan secara etimologis jurnalistik yaitu laporan mengenai kejadian sehari-hari yang sekarang dikenal dengan istilah berita (news). Pengertian sederhana dari jurnalistik yaitu aktivitas yang berkaitan dengan pencatatan atau melaporkan setiap hari.
Didalam Kamus, jurnalistik didefinisikan dengan kegiatan yang menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah atau berkala lainnya.

Pengertian Jurnalistik Menurut Para Ahli

Berikut ini adalah definisi jurnalistik menurut ahlinya.

1. Erik Hodgins

Jurnalistik menurut Erik Hodgins adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan benar, seksama, dan cepat dalam rangka membela kebenaran dan keadilan.

2. A.W. Widjaya

Jurnalistik menurut A.W. Widjaya adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun alasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu yang secepat-cepatnya.

3. Roland E. Wolseley

Jurnalistik menurut Roland E. Wolseley adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematis dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah dan disiarkan di stasiun siaran.

4. Ensiklopedia Indonesia

Jurnalistik menurut Ensiklopedia Indonesia adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari secara teratur, dengan menggunakan sarana-sara penerbitan yang ada.

5. Amar dan Sumadiria

Jurnalistik menurut Amar dan Sumadiria adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya.

6. Onong U. Efendi

Jurnalistik menurut Onong U. Efendi adalah teknik mengeloa berita sejah dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada khalayak.

7. Summanang

Jurnalistik menurut Summanang adalah segala sesuatu yang menyangkut kewartawanan.

8. Adinegoro

Jurnalistik menurut Adinegoro adalah semacam kepandaian karang mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya.

Pengertian Sholat Sunnah Awwabin

Jika dilihat dari makna kata awwab, kata awwabin (أَوَّابِيْن)  merupakan bentuk plural dari kata awwab (أَوَّاب) yang memiliki arti seorang yang banyak kembali kepada Allah dengan taubat dan dzikir mengingatnya. Pendapat lain disebut sholat Awwabin, berasal dari kata ‘Awwab’ juga yang artinya orang yang kembali kepada Allah. Itulah manusia yang mudah bertaubat.
Sehingga maksudnya waktu itu sangat baik untuk berdzikir mengingat Allah dengan beribadah juga bertaubat.
Saat zaman Rasulullah shallallahu a’alayhi wa sallam, kebanyakan manusia saat itu berada dalam sebuah kondisi yang butuh istirahat dan ketenangan. Menjadikan waktu itu sebagai waktu ibadah dan sholat merupakan suatu perlawanan terhadap keinginan jiwa untuk santai kemudian membawanya menuju keridhaan Allah (Faidh Al-Qadir, 4/216). Itulah arti awwabin, seorang yang selalu kembali kepada Allah dengan taubat dan dzikir mengingatnya.
Namun ada anggapan dari sebagian orang yang menamakan sholat sunah yang dilaksanakan antara maghrib dan isya’ dengan istilah sholat awwabin. Benarkah penggunaan istilah ini?
Kedua pendapat ini memiliki dalil dari hadist Rasulullah sallallahu’alayhi wa sallam.
Terdapat beberapa hadis yang menganjurkan sholat sunah antara magrib dan isya, diantaranya hadis yang diriwayatkan An-Nasa’i, dari Hudzaifah radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
“Saya mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan saya sholat magrib bersama beliau. Kemudian beliau sholat (sunnah) sampai isya. Al-Mundziri dalam At-Targhib wa Tarhib (kitab hadist) menyatakan, sanad hadis ini jayid.
Hadis yang shahih mengenai sholat Awwabin adalah hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak ada yang bisa menjaga sholat dhuha kecuali orang awwab (sering bertaubat). Dan sholat dhuha adalah sholat awwabin.” (HR. Ibnu Khuzaimah 1224, Thabrani dalam al-Ausath dan dishahihkan al-Albani dalam As-Shahihah, no. 703).
Ulama hadist abad ini, syaikh Al-Albani mengatakan, “Dalam hadis ini terdapat bantahan bagi orang yang menamakan sholat enam rakaat setelah maghrib dengan “Sholat Awwabin”, karena penamaan ini tidak ada asalnya.” (Shahih Targhib wa Tarhib, 1/423).